Jadi Mahasiswa Internasional Terbaik di UPSI, Nada Rahmatika: Orang Tua Motivasi Terbesar Saya
Alumni Universitas Adzkia Nada Rahmatika berhasil menyelesaikan S-2 di Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dalam waktu tiga semester dan meraih IPK cum laude 3,98. Ia dinobatkan menjadi mahasiswa internasional terbaik dalam konvokesyen (wisuda) UPSI ke-24 pada Sabtu (3/12/2022) yang penghargaannya diberikan langsung oleh Permasuri Perak.
Menyelesaikan tesis tepat waktu sebelum waktu yang ditentukan dengan nilai ujian tinggi serta aktif di kegiatan kampus baik akademik maupun non-akademik adalah di antara kriteria yang membawa Nada meraih penghargaan bergengsi tersebut.
Wanita kelahiran Padang, 27 Maret 1998 ini mengaku terkejut saat mengetahui dirinya terpilih sebagai salah seorang penerima penghargaan. Sebab, selama menjalankan kuliah, ia hanya fokus belajar.
"Saya terkejut, dari awal masuk UPSI hanya ikuti alur, belajar, ikuti aturan. Tidak berekspektasi dapat anugerah sama sekali. Sebab biasanya yang menerima anugerah ini adalah mahasiswa dari negera lain," ujarnya.
Nada mengatakan, motivasi terbesarnya sehingga bisa menyelesaikan S-2 dalam waktu tiga semester dan meraih IPK cum laude adalah orang tua.
"Saya kuliah di UPSI bukan dari beasiswa. Saya tahu bagaimana perjuangan orang tua saya sampai bisa menyekolahkan saya di luar negeri itu tidak mudah, jadi tidak ada kata malas, saya harus membanggakan kedua orang tua saya," tuturnya.
Selain orang tua, dukungan juga datang dari dosen-dosen di Universitas Adzkia, tempat dulunya ia menimba ilmu yang saat itu masih berstatus STKIP. Merekalah yang memberi dorongan untuk melanjutkan studi di luar negeri.
"Awal kuliah di Adzkia, saya tidak ada rencana melanjutkan kuliah di luar negeri. Paling mentok di UNP. Mulai ada semangat untuk kuliah di luar negeri ketika bimbingan skripsi, dengan Bapak Jendriadi dan Ibu Dini Maielfi," Nada berkisah.
Setelah itu, ia mulai berkonsultasi dengan dosen-dosen lain. Salah satunya dengan Ustaz Warlan Sukandar, yang menyarankannya untuk mengambil kursus singkat bahasa Inggris ke Pare.
"Bahasa Inggris saya zero, benar-benar gak ada basic. Jadi Pak Warlan menyarankan ke Pare. Alhamdulillah orang tua memberi izin," sambungnya.
Nada yang merupakan alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) tahun 2019 ini tak bisa melupakan pengalamannya selama berkuliah di kampus yang memiliki slogan berkarakter dan berprestasi tersebut.
"Adzkia itu berkesan sekali. Saya dipertemukan dengan dosen yang membimbing saya di bidang akademik. Bahkan, meskipun saya sudah wisuda 2019 lalu, tapi sampai saat ini komunikasi kami tidak terputus," ungkap Nada.
Nada menyebut kampus Adzkia adalah wadah yang ikut membentuk karakternya. Kuliah di Adzkia memberinya banyak pengalaman berharga.
"Banyak banget yang berubah setelah saya masuk Adzkia, apalagi saya bukan tamatan madrasah. Terima kasih kepada para dosen Adzkia," ujar Nada yang juga aktif di berbagai organisasi kampus selama kuliah ini.
Nada mengaku tidak ada yang istimewa dari pola belajarnya. Ia membagikan empat kiat belajar yang bisa diterapkan oleh siapa saja.
"Pertama, buat planning kuliah, list tugas-tugas dan target menyelesaikan tugas tersebut tempel di meja belajar. Kedua, aktif dan jangan malu bertanya dalam kelas. Ketiga, cicil tugas kuliah jangan last minutes. Keempat, selesaikan tugas-tugas sebelum batas waktu yang ditentukan," katanya.
Setelah menyelesaikan S-2, ia memiliki rencana untuk bisa melanjutkan S-3.
"Selesai convo (wisuda), bukannya lega, sadar akan tanggung jawab baru yang akan datang. Doakan semoga saya bisa melanjutkan S-3," tutupnya. [rls]